Monday, June 23, 2008

Singapore and Indonesia Super Series 2008 Wrap Up

Turnamen Singapore Open dan Indonesia Open Super Series 2008 baru saja berakhir... Kedua turnamen ini sedikit kehilangan bobotnya karena absennya para pemain utama dari China, Korea Selatan, Indonesia, dan Malaysia. Namun satu ke-asyikan sendiri dalam mengamati kedua turnamen ini ialah kemunculan para pemain muda usia. Mereka memberikan peringatan awal bahwa mereka eksis dan di tahun-tahun mendatang akan menjadi bintang. Berikut adalah beberapa pemain Indonesia yang patut kita perhatikan:

1. Adrianti Firdasari



Firdasari adalah salah satu produk sukses dari Tim Uber Indonesia 2008. Saya melihat dia sebagai Susi Susanti Part II; dengan postur yang cukup tinggi dan jangkauan yang panjang membuat dia meng-cover lapangan dengan baik.... Buktinya? Firdasari berhasil menyingkirkan unggulan pertama Singapore Open 2008 Pi Hongyan dari Perancis... Sayang kiprahnya di Indonesia Open terhenti di babak pertama oleh Hwang Hye Youn dari Korea Selatan.

2. Pia Zebadiah Bernadet


Pia, yang adalah adik kandung pemain ganda putra kita Markis Kido, mengingatkan saya kepada Mia Audina. Posturnya yang agak kecil diimbangi dengan kelenturannya dalam menerima bola. Satu hal yang saya amati ialah kecerdikan dia menempatkan bola melalui pukulan-pukulan tipuan. Kecerdikannya inipun sempat dipuji oleh Susi Susanti, legenda bulutangkis Indonesia. Di Singapore Open 2008, Pia hampir saja memberikan kejutan dengan menundukkan unggulan ketiga Wnag Chen dari Hongkong.

3. Maria Kristin Yulianti


Membicarakan tunggal putri Indonesia tentu saja tidak lengkap tanpa menyebutkan Maria Kristin Yulianti. Kenapa? Di Indonesia Open, Maria berhasil menembus babak final dengan menundukkan Zhang Ning asal China. Di Final pun, dia memaksa unggulan pertama Lin Zhu bermain rubber-set. Jikalau saja lutut dia tidak bermasalah, bukan tak mungkin gelar Indonesia Open 2008 akan jatuh ke tanggan-nya.

4. Maria Febe Kusumastuti

Febe adalah pemain muda asal Klub Djarum. Dia sempat menjadi buah bibir di forum Badminton Central. Sempat memberikan perlawanan ketat, bahkan unggul 20-18 di set ketiga, Febe akhirnya harus mengakui keunggulan Pi Hongyan. Hampir saja Febe menambah mimpi buruk Pi akan pemain Indonesia. Saya percaya Maria Febe adalah salah satu tunggal putri masa depan Indonesia...

5. Vita Marisa / Lilyana Natsir


Vita dan Lili barangkali lebih ternama di nomor ganda campuran. Lilyana Natsir dengan Nova Widianto saat ini menempati posisi nomor 1 di dunia, sedangkan Vita Marissa bersama Flandy Limpele menduduki peringkat ke 4 dunia. Vita/Lili mengejutkan dunia dengan menundukkan ganda nomor 3 dunia Zhang Yawen/Wei Yili dari China di semifinal Indonesia Open sebelum akhirnya memastikan gelar juara dengan menundukkan Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna dari Jepang. Hasil positif yang mudah-mudahan memberikan dorongan motivasi untuk ber-prestasi baik di Olimpiade Beijing 2008.

6. Greysia Polii / Jo Novita


Ganda Greysia Polii dan Jo Novita dikenal sebagai pasangan kecil-kecil cabe rawit. Dengan postur yang tidak cukup besar, hampir seluruh lapangan bisa di-cover dengan baik. Peringkat 16 dunia ini diharapkan bisa menjadi kejutan di masa yang akan datang.

7. Shendy Puspa Irawati / Meilina Jauhari

Pasangan ini memberikan kejuta besar di Indonesia Open 2008. Mereka menundukkan unggulan kedua Kumiko Ogura/Reiko Shiota asal Jepang di babak kedua, lalu mengalahkan unggulan kedelapan Ha Jung Eun/Kim Min Jung asal Korea Selatan sebelum akhirnya terhenti di babak semifinal oleh ganda Jepang Miyuki Maeda/Satoko Suetsuna. Hasil yang fantastis mengingat mereka hanya menempati posisi ke-27 dunia. Pasangan ini dideskripsikan di Badminton Central sebagai pasangan yang penuh dengan energy. Modal awal untuk meraih kesuksesan.

8. Sony Dwi Kuncoro / Simon Santoso

Dua pemain tunggal Indonesia ini sudah membuktikan diri bahwa mereka patut diperhitungkan, bukan saja dibawah bayang-bayang Taufik Hidayat. Sony keluar sebagai juara Indonesia Open sedangkan Simon menjadi runner up baik di Singapore maupun Indonesia Open. Bukan tidak mungkin apabila akhirnya PBSI memutuskan mengirimkan Sony dan Simon ke Olimpiade Beijing (Simon menggantikan Taufik yang belakangan ini kehilangan form terbaiknya).

Ronn (23 Juni 2008)

Sumber foto dan data:
- Mas Wawan
- Zhang Qi
- Badminton Central
- Badminton World Federation
- Tournament Software

Tuesday, June 17, 2008

Group Pictures with Player and Official

Singapore Open 2008 Men Singles Runner-Up Simon Santoso


One-Half of Singapore Open 2008 Mixed Double Winner Lilyana Natsir


Indonesian Thomas Cup 2002 Legend and Simon Santoso's Coach : Hendrawan

Simon Mollyhaus and Anthony Hanssen from Denmark

Sunday, June 1, 2008

FPI = Pengacau Keamanan

Beberapa hari yang lalu terjadi kerusuhan di Monas, Jakarta. Massa Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama and Berkeyakinan (AKK-BB) yang sedang mengadakan aksi mereka diserbu oleh massa FPI. Puluhan korban jatuh, mulai dari luka lecet, dagu yang sobek, sampai geger otak. Terlepas dari isu yang dipermasalahkan oleh FPI, saya sungguh tidak melihat hak apa yang memperbolehkan mereka melakukan tindakan anarkis tersebut. Salah seorang FPI bahkan menyatakan mereka tidak perlu meminta izin dari polisi untuk membubarkan massa AKK-BB.

Hal ini membawa ingatan saya ke bulan Ramadhan. Bulan suci bagi kaum Muslim ini dirusak ke-khusyukan-nya oleh massa FPI yang melakukan sweeping ke tempat-tempat hiburan. Atas nama agama mereka melakukan perusakkan properti, rakyat sipil pun banyak yang menjadi korban. Pertanyaan sama yang akan saya tanyakan ialah apa hak mereka?

Apakah mereka tidak mengetahui Indonesia adalah negara hokum yang berasaskan Pancasila? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa fungsi keamanan sipil adalah tanggung jawab dari POLRI? Apakah FPI tidak mengetahui bagaimana cara manusia yang ber-adab menyelesaikan konflik dan masalah: dengan kayu dan batu, ataukan dengan dialog yang membangun? Pertanyaan berikut apakah hal-hal tersebut patut dilakukan oleh orang yang mengaku dirinya beragama?

Menurut saya pribadi, apa yang dilakukan FPI sudah mempermalukan Indonesia dan Islam. Citra Indonesia sebagai negara demokrasi yang terbesar di dunia menjadi tercoreng. Hal ini tentu saja memperburuk stabilitas keamanan dan ekonomi. Di satu pihak kita ingin menciptakan iklim yang kondusif untuk pembangunan, di lain pihak hal-hal yang dilakukan oleh FPI mengirimkan sinyal mengenai lemahnya rule of law di Indonesia. Di sisi yang lain, citra Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbanyak di dunia juga tercoreng. Apakah ini Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW? Saya terus terang lebih menghormati Islam dari Muhammadiyah dan ICMI yang menekankan pendekatan scholar daripada yang katanya Pembela Islam tapi geradak-geruduk mengacaukan keamanan?

Apa Solusinya? Saya pikir hanya satu solusi. POLRI harus menindak tegas massa FPI, tangkap semua yang terlibat dalam kerusuhan Monas. Para “jagoan” jalanan itu harus diberi pelajaran yang setimpal dengan perbuatannya. Saya setuju dengan Sdri Eva Sundari dari komisi III DPR yang menyatakan FPI harus dibubarkan. Lepaskan isu agama, saya pikir`teman-teman Muslim akan juga bertanya, apa hak mereka membawa nama Islam?

Ronn

June 2nd 2008